Jenis-Jenis Sapi Di Indonesia
Jenis-Jenis Sapi Di Indonesia
Kali ini saya akan membagikan artikel kepada teman-teman sekalian mengenai jenis-jenis sapi yang diternakkan di indonesia.
Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anaksuku Bovinae. Sapi yang telah dikebiri dan biasanya digunakan untuk membajak sawah dinamakan Lembu. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, tanduk, dan kotorannya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai sebagai penggerak alat transportasi, pengolahan lahan tanam (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Karena banyak kegunaan ini, sapi telah menjadi bagian dari berbagai kebudayaan manusia sejak lama.
Kebanyakan sapi ternak merupakan keturunan dari jenis liar yang dikenal sebagai Auerochse atau Urochse (dibaca auerokse, bahasa Jerman berarti "sapi kuno", nama ilmiah: Bos primigenius), yang sudah punah di Eropa sejak 1627. Namun, terdapat beberapa spesies sapi liar lain yang keturunannya didomestikasi, termasuk sapi bali yang juga diternakkan di Indonesia.
Jenis Sapi-Sapi di Indonesia
1. Sapi Limousine (Limosin)
Sapi Limousin adalah bangsa Bos turus (Talib dan Siregar, 1999), dikembang-kan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dari Simmental, warna bulu coklat tua kecuali disekitar ambing berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar mata berwarna lebih muda.
Bentuk tubuh sapi jenis ini adalah besar, panjang, padat dan kompak. Keunggulan dari jenis sapi ini pertumbuhan baannya yang sangat cepat. Secara genetik, sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Di Indnesia sapi limousin disilangkan dengan berbagai jenis sapi lain, seperti misalnya dengan sapi peranakan ongole, sapi brahman atau sapi hereford. Sapi limosin diprediksi akan populer dan menjadi primadona baru di dunia industri peternakan. Semua orang yang bergerak di usaha penggemukan sapi mulai sering membicarakan sapi ini.
Demikian pula majalah dan media peternakan lain, sering menjadikannya sebagai ulasan utama dalam setiap penerbitan. Apalagi ketika beberapa waktu yang lalu, presiden SBY juga memilih sapi jenis ini untuk dijadikan binatang kurban ketika merayakan Hari Raya Idhul Adha. Setiap peternak sapi pun sering membicarakannya. Meski harganya lebih mahal, namun dari hari ke hari permintaan hasil ternak sapi limosin ini justru makin meningkat. Bahkan para peternak dan pedagang sering merasa kewalahan untuk memenuhi setiap pesanan yang masuk, karena stok dan suplainya masih sangat terbatas. Untuk itu bagi yang ingin membuka usaha peternakan khususnya peternakan sapi pasti tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Keistimewaan Sapi Limosin
Hasil ternak sapi limosin memang punya beberapa keistimewaan tersendiri dibanding dengan sapi ternak jenis lainnya. Keistimewaan paling utama adalah proses pertumbuhannya lebih cepat. Kemudian badan serta ukuran beratnya yang juga lebih tinggi sehingga jumlah dagingnya pasti lebih banyak.
Selain itu kwalitas sapi limosin juga dinilai lebih bagus dan lezat untuk dijadikan makanan. Maka tidak mengherankan bila nilai jual dari sapi jenis ini juga jauh lebih tinggi dan mahal. Sehingga keuntungan yang didapatkan oleh peternak atau pedagang tentu akan lebih banyak.
Keunggulan lain memelihara ternak sapi limosin adalah waktu yang dibutuhkan untuk penggemukan atau pertumbuhannya lebih pendek dan singkat. Dan yang membuat para peternah lebih nyaman adalah, sapi ini juga lebih tahan terhadap serangan berbagai macam penyakit, terutama antraks yang beberapa waktu lalu pernah merajalela dan membuat rugi banyak peternak.
2. Sapi Brahman
Sapi brahman adalah keturunan sapi Zebu atau Boss Indiscuss. Aslinya berasal dari India kemudia masuk ke Amerika pada tahun 1849 berkembang pesat di Amerika, Di AS, sapi Brahman dikembangkan untuk diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah berhasil, jenis sapi ini diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi Brahman menyebar ke Australia. Di Amerika terbentuk perkumpulan pembibit American Brahman Breeder Association, sedangkan di Australia terbentuk Australian Brahman Breeder Association. Sapi Brahman masuk ke Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda.
Ciri khas sapi Brahman adalah berpunuk besar dan berkulit longgar, gelambir dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan. Telinga panjang menggantung dan berujung runcing. Sapi ini adalah tipe sapi potong terbaik untuk dikembangkan. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
Sapi ini juga berkembang biak di Australia. Bahkan, para pembibit sapi di Australia melakukan persilangan sapi Brahman dengan bangsa sapi lainnya seperti Simmental,Herefod dan Limousin, hasilnya dikenal dengan nama sapi Brahman Cross, yang sejak tahun 1985 sudah masuk ke Indonesia melalui program bantuan Asian Development Bank (ADB). Sapi ini cocok dikembangkan di Indonesia yang beriklim tropis.
Sapi Brahman Cross pada awalnya merupakan bangsa sapi Brahman Amerika yang diimpor Australia pada tahun 1933. Mulai dikembangkan di stasiun CSIRO’s Tropical Cattle Research Centre Rockhampton Australia, dengan materi dasar sapi Brahman, Hereford dan Shorthorn dengan proporsi darah berturut-turut 50%, 25% dan 25% (Turner, 1977), sehingga secara fisik bentuk fenotip dan keistimewaan sapi Brahman cross cenderung lebih mirip sapi Brahman Amerika karena proporsi darahnya lebih dominan.
3. Sapi Simental
Sapi Simmental adalah bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar, 1999), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut kebawah serta ujung ekor ber warna putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg. Bentuk tubuhnya kekar dan berotot, sapi jenis ini sangat cocok dipelihara di tempat yang iklimnya sedang. Persentase karkas sapi jenis ini tinggi, mengandung sedikit lemak.Dapat difungsikan sebagai sapi perah dan potong.
Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.
4. Sapi PO (Peranakan Ongole)
Sapi PO adalah bangsa sapi hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina lo-kal di Jawa yang berwarna putih (Anonimus, 2003b). Saat ini sapi PO yang murni mu lai sulit ditemukan, karena telah banyak di silangkan dengan sapi Brahman, sehingga sapi POdiartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir. Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tena ga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah ber-anak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik.
Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik (Anonim, 2012).
Hasil perkawinan antara sapi ongole dengan sapi jawa adalah sapi PO atau Sapi Peranakan Ongole (PO). Ukuran tubuh besar dan bisa lebih tahan terhadap kepanasan, kehausan dan kelaparan. Serta dapat mengkondisikan diri dengan mengkonsumsi pakan berkualitas rendah sekalipun. Sapi PO betina memiliki sifat serta hasil reproduksi lebih baik dibandingkan dengan sapi madura dan sapi bali, dan terlebih lagi harga sapi ongole jelas lebih tinggi ketimbang kedua sapi tersebut.
Sapi Peranakan Ongole (PO)memiliki ciri ciri khusus sebagai berikut. Menurut penuturan Ir. Heru wahyono sebagai kabid peternakan dan produksi hewan dinas pertanian dan peternakan kabupaten Kebumen, sapi PO mempunyai bentuk muka yang agak cembung serta pendek dengan lingkar mata berwarna hitam. Bermoncong rata dengan warna hitam, memiliki tanduk berwarna gelap dan lengkungannya mengarah ke belakang. Pada sapi PO betina tanduk lebih panjang dari sapi PO jantan.
Mempunyai tulang belikat besar, serta punduk sudah ada sejak lahir. Memiliki pusar panjang dan berwarna putih. Serta memiliki posisi uyeng uyeng yang tidak segaris lurus dengan posisi pusar. Ciri lain dari sapi PO adalah terletak pada bentuk telinga yang berdiri, agar lebar dan bisa bergerak dengan leluasa. Lehernya yang panjang dan bergelambir warna putih. Gelambirnya yang tebal dari depan membelah dua. Sapi PO mempunyai bentuk punuk yang besar tegak serta menonjol ke belakang dan tidak jatuh. Berat sapi PO yang baru lahir bisa mencapai 28 kg.
5. Sapi Ongole
Sapi Ongole adalah sapi keturunan sapi liar Bos Indicus yang berhasil dijinakan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba Ongole (SO)dan sapi Peranakan Ongole (PO). Sumba Ongole adalah keturunan murni sapi Nellore dari India yang didatangkan tahun 1914. Sapi ini dikembangkan secara murni di Pulau Sumba dan merupakan sumber indukan sebagian besar Ongole di dalam negeri. Persilangan antara Sumba Ongole dengan sapi setempat di jawa menghasilkan anakan yang mirip sapi Ongole sehingga sapi ini disebut dengan sapi Peranakan Ongole. Sapi peranakan ongole merupakan sapi yang banyak dicari dipasaran saat hari raya Qurban. Di beberapa daerah di luar pulau jawa, sapi jenis peranakan ongole merupakan sapi dengan populasi terbesar kedua setelah sapi Bali.
Karakteristik Sapi Ongole
- Ciri khas sapi Ongole adalah berbadan besar, berpunuk besar, bergelambir longgar, dan berleher pendek. Kepala, leher, gelambir, dan lutut berwarna hitam, terutama sapi jantan.
- Kulit berwarna kuning dengan bulu putih atau kehitam-hitaman. Kulit di sekeliling mata, bulu mata, moncong, kuku, dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna hitam.
- Kepala pendek dengan profil melengkung. Mata besar dengan sorot yang tenang.
- Tanduk pendek dan tanduk pada sapi betina berukuran lebih panjang dibandingkan sapi jantan.
- Telinga panjang dan menggantung, Sapi Ongole akan dewasa kelamin pada umur 24-30 bulan. Sapi Ongole tergolong lambat dewasa. Jenis sapi ini akan mencapai dewasa pada umur 4-5 tahun.
6. Sapi Madura
Sapi Madura adalah salah satu sapi potong lokal yang asli Indonesia, pada awalnya banyak didapatkan di Pulau Madura, namun sekarang sudah menyebar ke seluruh Jawa Timur.
Sapi Madura pada mulanya terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu, yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak.
Karakteristik sapi Madura sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas; bertanduk khas dan jantannya bergumba.
Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura adalah : Jantan maupun betinanya sama-sama berwarna merah bata; Paha belakang berwarna putih; Kaki depan berwarna merah muda; Tanduk pendek beragam, pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm; Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil.
Secara umum, Sapi Madura memiliki beberapa keunggulan antara lain mudah dipelihara; Mudah berbiak dimana saja; Tahan terhadap berbagai penyakit; Tahan terhadap pakan kualitas rendah. Dengan keunggulan tersebut, Sapi Madura banyak diminati oleh para peternak bahkan para peneliti dari Negara lain. Sudah banyak Sapi Madura dikirim ke daerah lain.
Sapi dalam kehidupan masyarakat Madura, bukan hanya mempunyai tempat khusus di kehidupan para petani di Madura, Sapi Madura juga membawa pengaruh terhadap tradisi budaya yang memberikan efek positip terhadap kelestarian Sapi Madura ini. Sapi Madura berjenis kelamin jantan, dimanfaatkan sebagai "Sapi Kerapan" yang menjadi salah satu aset pariwisata penting di Pulau Madura.
7. Sapi Bali
Benteng telah dibudidayakan oleh peternak di sebagian besar wilayah Asia Tenggara dan Australia, yang kita kenal dengan sapi bali. Sapi Bali atau dalam bahasa lati dikenal dengan Bos sondaicus, telah dipelihara dan dibudidayakan oleh masyarakat sejak 3.500 SM disekitar wiayah pulau jawa, lombok dan bali. Dalam bahsa inggris sapi ini disebut dengan nama Balinese cow, kadang-kadang oleh masyarakat disebut dengan nama Bibos Javanicus.
Hewan ternak Sapi bali adalah salah satu ternak asli Indonesia, seperti namanya, sapi ini berasal dari dari propinsi sebelah timur Indonesia yaitu pulau bali, sejarah sapi bali berasal dari banteng yang telah dijinakkan berabad-abad lalu. Abad ke-19 sapi bali mulai menyebar ke Lombok, kemudian abad ke-2 masuk ke Sulewasi Selatan dan sejak tahun 1962 masuk ke wilayah-wilayah lain di Indonesia. Tidak hanya menyebar di Indonesia, sap ini diketahui juga menyebar sampai ke Australia, Malaysia, dan Filipina.
Sapi bali yang berasal dari banteng mengalami beberapa perubahan. Perubahan tersebut terjadi karena cara hidupnya dan bukan karena pengaruh kawin silang dengan sapi jenis lain. Salah satu perubahan tersebut adalah ukurannya yang sedikit lebih kecil dibandingkan dengan banteng, terutama pada bobot dan tinggi badan.
Masyarakat pulau dewata beternak sapi bali, tidak hanya sebagai daging semata, tetapi diimanfaatkan untuk membajak di sawah atau lahan pertanian, sebagai sumber pupuk oganik (kotoran atau air seni sapi). Sapi ini biasa juga terkenal dimanfaatkan sebagai atraksi agrowisita. Salain juga dimanfaatkan dalam upacara keagamaan Hindu. Dalam upacara keagamaannya butha yad dikenal sebagai caru, yang melambangkan makna pembersihan. Sedangakan untuk umat Islam, sapi bali biasa digunakan sebagai hewan kurban pada saat hari raya Idul Adha. Sehinga pemerintah perlu memerhatikan keberadaannya, agar terus berkembang.
Reproduksi sapi bali dkenal dengan sangat baik, sapi bali betina sudah dapat dikawinkan, saat sudah mencapai umur 2-2,5 tahun. Pada umur itu, sapi sudah memiliki organ yang sangat sempurna, Jarak ssapi bali melahirkan anak berkisar antara 12-14 bulan, Sapi bali memiliki tingkat karkas yang tinggi dibandingkan dengan sapi lokal yang lain, yaitu sekitar 53,26%, Peranakan Ongole 46.9%. Perbandingan antara daging dan tulang yaitu sekitar 4,4 :1.
Kendati mengalami perubahan ukuran dan bobot badan, secara kesuluruhan ciri-ciri sapi bali masih sama dengan banteng sebagai moyangnya. Saat lahir, anak sapi bali berwana sawo matang merah mengkilap dengan garis hitam di punggung yang terlihat jelas. Setelah dewasa, sapi betina tetap berwarna sawo matang kemerahan, sedangkan sapi jantan berwarna hitam. Jika dikebiri, sapi jantan memiliki bulu berwarna sawo matang kemerahan seperti sapi betina.
Baik jantan maupun betina, sapi ini memiliki bulu berwarna putih di bidang belakang paha atau pantat dan kaki bagian bawah berwarna putih. Pada sapi jantan yang sudah tua, akan muncul warna putih pada dahinya dan diantara dasar-dasar tanduknya. Sapi bali memiliki dada yang dalam dan tubuh padat. Tanduk sapi bali jantan tumbuh melebar kea rah luar kepala, sedangkan tanduk betinanya cenderung mengarah kedalam. Kaki sapi bali pendek menyerupai kaki kerbau. Berat sapibali jantan bisa mencapai 450 Kg, sedangkan berat sapi bali betina atara 300-400 kg.
Keunggulan sapi bali, memiliki daya tahan terhadap panas tinggi, pertumbuhan tetap baik walaupun dengan pakan yang jelek dengan persentase karkas tinggi dan kualitas daging baik. Umumnya, sapi bali betina dapat beranak setiap tahun. Sayangnya pertumbuhan bobot hari sapi ini hanya 0.5 kg, dibandingkan dengan sapi lainnya seperti Sapi Simmental, sapi brahman, sapi limousin yang dapat mencapai bobot harian 1,2 kg/hari.
Jangan lupa tinggalkan komentar ya..
Post a Comment