Header Ads

MANAJEMEN REPRODUKSI KELINCI



MANAJEMEN REPRODUKSI KELINCI




Kelinci memiliki karakter selalu siaga pada lingkungan sekelilingnya dan akan bereaksi agresif untuk menjauhi ancaman yang berada disekitarnya. Mereka mampu melakukan pengamatan terhadap lingkungan dengan jangkauan yang jauh. Sehingga kelinci merupakan hewan yang sangat aktif. Kelinci merupakan salah satu jenis ternak yang mudah dalam pemeliharaanya, di Indonesia terdapat berbagai jenis kelinci, namun sangat sulit mengetahui yang merupakan asal lokal karena banyaknya ternak kelinci yang di datangkan ke Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa ternak kelinci tidak begitu populer di tengah masyarakat pada saat ini sehingga dalam perkembangannya ternak kelinci tidak begitu berkembang dan kebanyakan ternak kelinci hanya digunakan untuk ternak hias atau untuk mainan. Indonesia sangat cocok untuk pengembangan ternak kelinci selain mudah dalam perawatannya dan tersedianya sumber makanan kelinci yang cukup juga minat masyarakat yang mulai tumbuh terhadap ternak keinci. 

Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Pada perkembangannya, tahun 1912, kelinci diklasifikasikan dalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk di dalamnya jenis kelinci dan terwelu). Jenis-jenis kelinci Secara umum, kelinci terbagi menjadi dua jenis. Pertama, kelinci bebas. Kedua, kelinci peliharaan. Yang termasuk dalam kategori kelinci bebas adalah terwelu (Lepus curpaeums) dan kelinci liar (Oryctolagus cuniculus). Menurut rasnya, kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan, dan lain-lain. Di Indonesia banyak terdapat kelinci lokal, yakni jenis kelinci jawa (Lepus negricollis) dan kelici sumatera (Nesolagus netseherischlgel). 

Pada pemeliharan ternak untuk menentukan produktifitas ternak, dasar utama yang perlu diketahui adalah sifat reproduksi ternak tersebut. Untuk mendapatkan potensi reproduksi yang baik ada beberapa hal yang perlu di ketahui yaitu pemilihan bibit baik untuk jantan maupun betina, kemudian mengetahui kelinci yang siap dikawinkan, proses perkawinan, manajemen ketika bunting dan penyapihan kelinci. Maka manajemen reproduksi sangat penting dan sangat berpengaruhg terhadap produktivitas.

Dewasa Kelamin

Kelinci betina bisa segera dikawinkan ketika mencapai dewasa kelamin pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Sedangkan menurut Wahyudi (2003) Kelinci betina harus sudah dikawinkan ketika mencapai dewasa tubuh. Dewasa tubuh kelinci betina dicapai pada umur 4 bulan dengan ukuran badan kurang lebih 3 kg..

Kelinci pejantan yang dikawinkan setelah berumur 5-6 bulan atau telah dewasa tubuh dan kelamin. Rasio jantan dan betina adalah 1:10 ekor. Banyaknya service per conception adalah 1-2 kali. Kelinci jenis kecil mempunyai masa pubertas lebih dini dibandingkan kelinci jenis besar. Kelinci betina lebih dulu mengalami pubertas dibandingkan kelinci jantan. Dewasa kelamin pada kelinci jantan NZW dicapai pada umur 6 bulan. Kelinci jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 4-8 bulan, tergantung pada bangsa dan tingkat makanan . Meskipun spermatozoa motil terlihat pada ejakulat pertama umur 4 bulan tetapi spermatozoa yang mempunyai fertilitas baik diperoleh pada umur 7-8 bulan. 

Lebas et al. (1986) menyatakan bahwa umur perkawinan pertama akan dicapai pada bobot hidup 80-85% dari bobot dewasa. Perkawinan dapat dilakukan secara alamiah, yakni dengan memasukkan kelinci betina ke kandang pejantan. 

Ciri-ciri Sebelum Perkawinan

Ensminger (1991) menyatakan bahwa kelinci betina menerima pejantan untuk conception ketika vulva basah dan berwarna merah cemerlang di seluruh permukaan sampai ke ujung. Perkawinan biasanya berlangsung cepat karena ovulasi terjadi sekitar 8 sampai 10 jam setelah perkawinan pertama (Blakely dan Bade, 1991).

Ciri-ciri kelinci betina yang siap kawin :
  • Kelinci betina akan terlihat gelisah dan biasa nya akan berputar-putar di kandang.
  • Dalam gerakan relatif agak lincah dari biasa nya.
  • Lebih mendekati pejantan atau lawan jenis nya.
  • Ciri pada fisik di bagi reproduksi yaitu di bagian vulva agak berwarna merag jambu atau merah dan vulva akan terlihat basah.
  • Lebih sering mengosokan dagu nya di dinding kandang bukan karena gatal tetapi sedang    birahi.
Ciri-ciri kelinci jantan yang siap kawin :
  • Kelakuan kelinci sama seperti betina agak gelisah.
  • Lebih mendekati lawan jenisnya.
  • Berperilaku yang mencari perhatian lawan jenis biasa nya berupa suara ataupun          pergerakan dan tingkah lakunya.
  • Bergerak lincah tidak seperti biasanya.
Kebutuhan Nutrisi

Kelinci yang sedang dalam masa perkawinan sangat butuh perhatian. Sebagaimana manusia hamil, kelinci butuh pasokan gizi yang baik dan pakan stabil. Lapar dan kurang minum saat hamil membuat stress sang induk. Wortel setiap hari 1 batang cukup untuk memasok gizi. Masa hamil kelinci antara 29-33 hari. 

Ransum komplit dalam bentuk pellet dengan kombinasi antara hijauan dengan konsentrat berbasis bahan baku lokal akan lebih optimal dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi kelinci saat masa reproduksi. Pelet komplit mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan kelinci. Selain itu, kelinci lebih menyukai ransum berbentuk pellet dibanding dengan ransum bukan pelet (Bennet, 2001). Menurut Cheeke (2005), kelinci yang mengkonsumsi ransum yang tidak berbentuk pellet menghasilkan laju pertumbuhan yang lambat dan banyak pakan yang terbuang. Ukuran pelet yang direkomendasikan adalah berdiameter 1/8 sampai 1/16 inch dengan panjang 1/8 sampai 1/4 inch.

Minggu pertama biasanya gelisah ketika janin tumbuh. Berikan perhatian pakan yang cukup dan belaian khusus untuk menghindari stres. Pada usia kehamilan 17 hari, kandungan mulai membesar. Sang induk semakin butuh banyak makan. Pagi, siang, sore Dan malam harus tersedia makanan.

Perkawinan Kelinci

Perkawinan merupakan bagian dari proses reproduksi. Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma (semen = mani) ke dalam alat kelamin ternak betina. Usaha memasukkan sperma (semen) tersebut dapat dilakukan oleh ternak jantan sendiri dengan jalan melakukan persetubuhan (coitus) yang disebut perkawinan alam, maupun dengan perantaran alat-alat yang dilakukan oleh manusia yang secara populer dikenal dengan istilah kawin suntik, kawin buatan atau A.I. (Artificial Insemination). 

Sebelum dikawinkan, kelinci harus dilihat terlebih dahulu ciri-ciri ternak yang ingin kawin. Adapun ciri-ciri kelinci yang ingin kawin antara lain :
  1. Kelinci yang siap dikawinkan berumur 6-12 bulan dengan umur dewasa 4-10 bulan, namun kebanyakan ditemukan kelinci betina siap dikawinkan umur 6-7 bulan dan kelinci jantan 12 bulan (Susilorini, dkk, 2008).
  2. Siklus birahi atau kawin pada kelinci sekitar 2 minggu, dan ovulasi terjadi sekitar 10-11 jam kemudian.
  3. Tanda-tanda dan ciri-ciri ternak kelinci jantan dan betina yang ingin kawin yaitu:
Kelinci jantan

Ciri-ciri kelinci betina yang sedang birahi dan siap dikawinkan antara lain :
  • Kelinci jantan gelisah
  • Memiliki gerakan relatif lincah
  • Lebih aktif mencari lawan jenisnya
  • Mencari perhatian lawan jenisnya dengan menendang kandang atau alas kandang, untuk menimbulkan suara yang akan memancing perhatikan kelinci betina.
  • Sehat, aktif, dan memiliki 2 testis sama besar.
Kelinci betina

Ciri-ciri kelinci betina yang sedang birahi dan siap dikawinkan antara lain :
  • Kelinci betina akan tampak gelisah dan berprilaku tidak biasanya seperti berputar-putar dikandang
  • Memiliki gerakan relatif lincah
  • Bobot badan sudah cukup.
  • Lebih aktif mencari lawan jenisnya
  • Perilaku khas yaitu melakukan pengosokan dagunya didinding dan area kandang.
  • Ciri fisik pada bagian reproduksi yaitu vulva berwarna merah jambu atau merah dan vulva basah (bila vulva berwarna pucat, sebaiknya jangan dikawinkan).
Setelah mengetahui ciri-ciri kelinci yang siap dikawinkan, kelincipun siap untuk dikawinkan antara jantan dan betina. Perkawinan pada kelinci ada 2 cara antara lain :

Perkawinan Alami

Perkawinan alami adalah perkawinan dengan pejantan mendeposisikan secara langsung spermanya ke dalam alat reproduksi betina tanpa perantara alat buatan. Adapun caranya yaitu :
  1. Kelinci betina ditempatkan pada kandang pejantan, jangan sampai terbalik karena dapat menyebabkan serangan.
  2. Waktu dikawinkan sebaiknya ketika pagi hari atau malam hari.
  3. Setelah kelinci betina dipindahkan akan ada sambutan dari jantan dengan menghampiri betina, menciumi mulut, hidung dan bagian kemaluan sambil berputar-putar dan melompat.
  4. Betina yang sudah ingin kawin akan sedikit mengangkat pantat dan melipat ekor ke atas dan berdiam.
  5. Dalam posisi demikian, pejantan akan menaiki betina dan terjadilah proses perkawinan.
  6. Perkawinan dipastikan berlangsung apabila setelah kelinci jantan menaiki, maka kelinci jantan tersebut mengeluarkan suara yang khas dan terguling disamping kelinci betina. 
  7. Setelah proses perkawinan selesai, kelinci betina dikeluarkan dari kandang pejantan.
Perkawinan Buatan

Perkawinan buatan adalah pendeposisian sperma ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat buatan manusia dan bukan secara alami. Pemahaman inseminasi buatan dalam perkembangan lebih lanjut tidak hanya mengenai metode perkawinan, tetapi juga mencakup seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan dan pengangkutan sperma, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi.

Adapun prosedur insminasi buatan pada kelinci antara lain (Purnama, 2003):

a) Cara Penampungan Semen Kelinci

Penjantan kelinci yang akan ditampung semennya dipilih, pejantan yang sehat dan unggul, yang memiliki libido tinggi dan memiliki catatan reproduksi yang baik. Vagina buatan yang telah disiapkan diisi dengan air hangat dengan suhu 39° - 41° C (diukur dengan thermometer) sampai inner liner menyempit. Selanjutnya mulut vagina buatan diolesi dengan bahan pelicin dan tabung penampung yang telah ditutup dengan alumunium foil dipasangkan pada bagian belakang dari vagina buatan. Proses penampungan dilakukan dikandang pejantan dengan cara memasukan kelinci betina sebagai pemancing. Pada saat libido pejantan sudah terangsang biasanya pejantan akan menaiki betina dan pada saat pejantan ereksi, vagina buatan yang dipegang pada tangan kanan disorongkan kearah penis pejantan dan biasanya akan terjadi ejakulasi. Untuk mendapatkan kualitas semen yang baik, penampungan semen sebaiknya dilakukan dua kali ejakulasi. Dari pengalaman, sering terjadi pada ejakulasi pertama tidak ada spermanya (kosong) dan hanya berisi plasma semen.

b) Proses Evaluasi Semen

Evaluasi semen diperlukan untuk mengetahui kualitas semen yang ditampung, sehinggadari hasil pemeriksaan dapat ditentukanjumlah bahan pengencer yang akan ditambahkan. Pemeriksaan semen meliputi :

  • Pemeriksaan makroskopis yaitu pemeriksaan organoleptik yang terdiri dari pengukuran volume, mencium bau, warna, pengukuran pH dan memeriksa kekentalan (konsistensi).
  • Pemeriksaan mikroskopis terdiri dari pemeriksaan gerakan massa, konsentrasi dan motilitas. Pada pemeriksaan dengan harus menggunakan mikroskop dan dikerjakan di laboratotium. 
c) Pengenceran Semen

Tujuan pengenceran semen adalah untuk memperbanyak volume semen sampai dengan konsentrasi tertentu, sehingga dapat menginseminasi betina dalam jumlah banyak. Untuk kawin suntik dengan menggunakan semen segar, bahan pengencer yang biasa dipakai adalah larutan NaCl fisiologis 0,90 % karena larutan ini memiliki tekanan osmotic yang equivalen dengan darah.

d) Induksi Ovulasi

Pada kegiatan IB induksi ovulasi diperlukan untuk sinkronisasi estrus sehingga dapat dilakukan IB secara serentak. Waktu yang tepat untuk induksi adalah 5 -6 jam sebelum IB dilakukan. Preparat hormon yang digunakan untuk IB kelinci adalah HCG atau dapat juga memakai hormon LH (Luteinizing Hormone) secara intravena dengan dosis 30 IU/ekor.

e) Cara Melakukan Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi buatan dilakukan 5 jam setelah penyuntikan hormon HCG. Semen cair hasil pengenceran diisap dengan keteter khusus yang dirancang untuk ternak kelinci sebanyak 0,5 cc, kemudian kateter dimasukkan ke dalam vagina dengan ujung yang membengkok diarahkan kepunggung induk kelinci, setelah bagian yang membengkok masuk kateter diputar 180° dan terus didorong secara hati-hati
sampai menyentuh serviks uteri. Selanjutnya semen cair disemprotkan perlahan-lahan dan kateter ditarik keluar. Kateter IB yang telah dipakai dibersihkan dengan NaCl fisiologis dan disterilkan. Untuk kesehatan reproduksi, sebuah kateter IB sebaiknya dipakai untuk satu induk.

Kebuntingan Kelinci


Lama Kebuntingan dan Jumlah anak

Kebuntingan kelinci berlangsung sejak terjadinya pembuahan sampai dengan kelahiran, yakni sekitar 30-32 hari. Ada beberapa kelinci yang melahirkan lebih awal, 28 atau 29 hari ia sudah melahirkan. Tetapi ada pula yang tertunda sampai 33 hari. Biasanya apabila kelahiran itu tertunda 2-3 hari, ada satu atau dua anak yang besarnya luar biasa.

Kelinci termasuk dalam hewan prolifik yang mana dalam sekali kebuntingan, kelinci dapat melahirkan 4-10 ekor anak (Sitorus, dkk, 1982).

Deteksi kebuntingan

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kebuntingan pada kelinci:

1. Dengan pengamatan visual dan tingkah laku induk
Secara visual, induk kelinci yang sedang bunting akan menunjukkan perubahan fisik tubuhnya yang mulai membersar, nafsu makan tinggi dan mengeluarkan suara ketika induk akan kita pegang. Jika akan dikawinkan dengan penjantan lain biasanya akan menolak dengan menutupkan ekornya. Akan tetapi dengan cara ini hasil pengamatan mengenai kebuntingan tidak dapat dipastikan secara akurat. Pada keadaan bunting semu sering menunjukkan tanda-tanda seperti diuraikan diatas.

2. Melakukan pemeriksaan kadar hormon progesteron dalam darah
Deteksi kebuntingan dengan cara ini sangat akurat tetapi mahal. Perlengkapan hormon steroid untuk pemeriksaan hormon progesteron harganya sangat mahal sehingga kurang menguntungkan. Akan tetapi, pencapaian hasil deteksi kebuntingan adalah 100% akurat.

3. Dengan melakukan palpasi
Teknik palpasi yang digunakan adalah dengan melakukan perabaan embrio kebagian caudal (perut) induk kelinci. Palpasi dapat dilakukan antara 10-14 hari setelah dikawinkan untuk mendapatkan hasil yang efektif dan jika dilakukan sebelum 9 hari setelah dikawinkan, hasilnya akan tidak efektif (Lebas, dkk, 1986). Jika dilakukan lebih dari 14 hari akan beresiko terjadinya abortus. Untuk memastikan positif bunting, induk dapat dipalpasi ulang pada hari ke-21. Jika sudah terlatih, kebenaran hasil palpasi dapat mencapai 100%. Berikut adalah cara melakukan palpasi :
  • Pertama, pastikan bahwa induk telah dikawinkan 10-14 hari yang lalu
  • Sebelum palpasi dilakukan, sebaiknya melakukan pendekatan pada induk sampai induk benar-benar nyaman dan merasa aman dengan cara membelai bulu induk
  • Setelah induk dalam keadaan tenang da memberi respon yang baik, bagian telinga diluruskan kearah badan bagian belakang lalu dipegang bersama-sama kulit tengkuk oleh tangan kiri
  • Kemudian tangan kanan melakukan pemeriksaan bagian perut secara hati-hati, kurang lebih 1-2 cm ke arah perut
  • Jika teraba ada benjolan sebesar kelereng dan beraturan dari depan kebelakang, mengambang serta licin maka dapat dipastikan induk kelinci sedang bunting.
Penyapihan Kelinci 

Penyapihan adalah proses belajar bagi anakan kelinci untuk hidup mandiri dan terlepas dari ketergantungan induknya. Tujuan lain dari penyapihan ialah guna mempercepat periode produksi dan agar anakan kelinci ini dapat dipanen lebih cepat serta mencegah kondisi tidak aman bagi anakan. Para peternak biasanya memiliki periode tertentu dalam menentukan masa penyapihan, pada anakan kelinci kira-kira berusia 1-1,5 bulan. 

Penyapihan anakan kelinci dapat mulai usia 4 minggu , karena pada masa ini produksi susu dari si induk mulai sedikit dan sudah saatnya mulai memisahkan anak-anak kelinci dari induknya dengan memindahkan atau memisahkannya ke petak kandang yang lain. Langkah awal penyapihan adalah dengan memilih anak kelinci yang memiliki tubuh paling besar dari kelompoknya untuk dipindahkan pertama kali. Hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi dari masing-masing anak kelinci tersebut, jika saja ditemukan salah satu dari anakan kelinci sapih yang memiliki kesulitan dalam hal makan dan minumnya sehingga akan mengganggu pertumbuhannya maka kembalikan anakan ke induknya dan dibiarkan kembali induknya lebih lama dibandingkan dengan yang lainnya. Masa-masa kritis dari proses penyapihan ini adalah sampai anakan kelinci memiliki usia 2 bulan setelah anakan telah melewati masa ini, resiko kematian akan berkurang. Setelah anak kelinci berumur 4-5 minggu dengan bobot hidup 500-800 g segera dipisahkan dari induknya dan dikelompokkan dalam satu kandang sampai berumur 3 bulan Bersamaan dengan penyapihan dapat dilakukan sexing untuk menentukan jenis kelamin jantan dan betina. Pada waktu penyapihan dapat dilakukan pemberian nomor ternak sebagai dasar identifikasi ternak (Pasek, W., dkk. 2015).

Penyapihan umur 4 minggu akan menghasilkan anak-anak yang lebih kecil dan keadaan perdagingannya kurang memuaskan dibandingkan dengan yang disapih pada umur 7 sampai 8 minggu, namun penyapihan yang lebih awal akan memungkinkan jumlah litter yang lebih banyak dalam masa setahun. Disapih pada umur berapapun anak-anak kelinci biasanya disapih pada umur 8 minggu. Kurangnya air susu akan berpengaruh pada bobot sapih anaknya, karena anak kelinci membutuhkan air susu dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan.

Air susu pada induk yang sedang menyusui paling banyak biasanya dicapai pada minggu ke tiga kemudian air susu menurun sedikit demi sedikit, maka pada minggu keempat anak kelinci sudah bisa disapih dari induk. Umumnya penyapihan paling lambat sampai umur 8 minggu atau 56 hari. Penyapihan lebih awal akan memungkinkan little size yang lebih banyak dalam masa setahun. Semakin lama disapih makin baik, tapi jumlah anak yang lahir dalam pertahun akan berkurang. Dimana cepat lambatnya waktu sapih dan kondisi induk sangat berpengaruh terhadap bobot sapihnya. Lama waktu pemeliharan dan pakan yang bagus akan mempengaruhi bobot sapih. Lama penyapihan juga akan mempengaruhi berat sapihnya. Rata-rata berat sapih kelinci Anggora sekitar 500 gram. Penyapihan kelinci New Zealand White berat badannya mencapai 850 gram pada umur 35 hari, dan umur 58 hari berat sapihnya dapat mencapai 1,8 kg.

Anakan kelinci dengan usia paling baik dilakukan penyapihan adalah bila sudah mencapai umur 2 bulan sebab bila belum mencapai usia 2 bulan dilakukan penyapihan, si anak akan mengalami kemunduran di dalam pertumbuhannya, induknya juga bisa terkena radang puting susu. Sebaiknya saat melakukan penyapihan dilakukan pula seleksi antara anakan yang jantan dan betina dan dipisahkan sekalian berdasarkan jenis kelaminnya masing-masing, supaya pertumbuhan lebih baik dan cepat. Dari umur sapih sampai umur tiga bulan kelinci anakan tersebut masih bisa dipelihara dengan sistem koloni/berkelompok dalam satu kandang. Untuk satu kandang bisa diisi 5 ekor kelinci yang sama jenisnya. Dan mulai umur 3 bulan ke atas kelinci bakalan tersebut di usahakan untuk ditempatkan terpisah. Satu kandang hanya berisi satu ekor saja sampai dewasa dan siap untuk dikawinkan yakni pada usia lebih kurang 7 bulan untuk jenis kelinci tipe berat/besar, sedangkan untuk jenis kelinci tipe kecil bisa pada umur 6 bulan.



DAFTAR PUSTAKA

Bennet, B. 2001. Storey’s Guide to Raising Rabbits. Storey Publishing, New York.
Cheeke, P. R. 2005. Applied Animal Nutrition: Feeds and Feeding. 3rd Ed. Prentice Hall International. New Jersey.
Denny, Purnama. 2003. Teknologi Kawin Suntik (Inseminasi Buatan) Pada Ternak Kelinci. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Hal 46-52.
Ensminger, M. E. 1991. Animal Science. Series III. 9th Ed. The International State and Publisher Inc. Denville, Illionis.
Lebas, F., P. Coudert, R. Rovier, H. De Rochambeau. 1986. The Rabbit, husbandry, health, and production. Food and Agriculture Organization of the United Nation. Rome.
Pasek, W., dkk. 2015. Tatalaksana Perkembangbiakan untuk Menunjang Agribisnis Ternak Kelinci. Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci.
Sitorus, P., S. Sastrodiharjo, Y.C. Raharjo, I Gede Putu, Santoso, B. Sudaryanto dan A. Nurhadi. 1982. Laporan Budidaya Peternakan Kelinci di Jawa. Puslitbangnak Deptan.
Susilorini, T. E., Sawitri, M. E., dan Muharlien. 2008. Budidaya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wahyudi, A. 2003. Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Ternak Kelinci di Daerah Wisata Malang. Jurnal Edukasi Vol 1 No.1

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.